Jumat, 30 Desember 2011

Sejak Tahun 1975 tidak Pernah Direnovasi Jembatan Soekarno di Banyumas Jateng Ambles

BANYUMAS, (PRLM).- Jembatan Soekarno yang dibangun di atas Sungai Serayu perbatasan antara Kecamatan Rawalo dan Kebasen Banyumas Jawa Tengah runtuh Senin (27/6) sekitar pukul 8.30 WIB. Runtuhnya jembatan legendaris yang
didesian oleh Presiden RI pertama pada masa Orde Lama tersebut, mengancam Jembatan Soeharto, dulplikat jembatan Soekarno.

Jembatan sepanjang 129 meter terdiri dari tiga lengkungan masing masing lengkungan memiliki panjang 42 meter runtuh setelah salah satu tiang pancang amblesnya, kemudian disusul tiga tiang pancang bangunan yang sejak 1975 tidak pernah tersentuh oleh renovasi. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut namun seorang pemancing Sumarno (43) warga Desa/Kecamatan Rawalo mengalami luka-luka. Dia terjatuh bersamaan dengan runtuhkan jembatan bersejarah tersebut.

Informasi yang dihimpun di lokasi menyebutkan, detik-detik sebelum jembatan yang didesain oleh Presiden RI pertama Soakarno beberapa pemancing Sumarno, Nadar (48) dan Heru (33) sempat mendengar suara berderak cukup keras. Sumarno yang ada diatas jembatan Soekarno sempat diingatkan Heru dan Nadar yang saat itu berdiri di bawah Jembatan Soeharto duplikat dari jembatan Soekarno yang letaknya berdampingan. "Awas pak jembatan mau runtuh, cepat lari," kata Soemarno ketika diingatkan Nadar saat itu.

Soemarno sempat merasakan goncangan, dia lalu lari menghampiri sepeda motornya namun sebelum prosneling masuk gigi satu, Blaar !!! terjadi dentuman keras diiringi ambruknya jembatan, Soemarno ikut meluncur ke bawah bersama dengan sepeda motornya, dia hanya mengalami luka ringan.

Dalam hitungan detik jembatan ketika salah satu tiang pancang jembatan nasional menghubungkan Purwoketo Cilacap Yogyakarta ambles, disusul tiang pancang ke dua dan ketiga.

Kapala Balai Pelaksana Teknis (BPT) Dinas Bina Marga Jawa Tengah Wilayah Cilacap Suwito mengatakan, putusnya jembatan tersebut kemungkinan akibat gerusan air Sungai
Serayu. Berdasarkan data di BPT jembatan pada jalan nasional tersebut direnovasi pada 1975 dan ditutup pada 2003. "Karena faktor usia jembatan tersebut ditutup kemudian dibangun jembatan duplikat di sebelahnya.
Jembatan tersebut direnovasi terakhir pada 1975 kemudian
ditutup dan tidak dilalui kendaraan," jelasnya.

Menurut dia, pihaknya belum bisa memastikan penyebab putusnya jembatan Soekarno atau jembatan Cindaga.
"Selama ini pihaknnya belum pernah melakukan survey pada tiang pancangnya. Sebab jembatan tersebut merupakan proyek pusat,''katanya.

Koordinator Perwakilan Balai Serayu Citanduy, Ahadi, menambahkan bahwa robohnya jembatan bersejarah diduga akibat maraknya penambangan pasir di sekitar penopang Jembatan Soekarno. “Penambangan yang berlangsung
selama puluhan tahun menyebabkan tiang pancang dan menyebab jembatan runtuh. Kini penambangan mengancam keberadaan Jembatan Soeharto yang ada disebelahnya, bagian pondasi tiang jembatan sudah tergerus air,"
terangnya.

Pemerhati sejarah Banyumas, Hindayoen Nts, mengungkapkan kalau jembatan itu sangat monumental memiliki nilai sejarah tinggi. Sebab, jembatan tersebut disebut-sebut merupakan hasil karya arsitektur Presiden Soekarno. "Sejak penutupan, jembatan tersebut dibiarkan
merana dan tidak terurus. Disamping itu maraknya penambangan pasir memperparah kondisi jambatan yang sudah tua tersebut. Pemkab ikut bertanggung jawab dengan runtuhnya jembatan Soekarno,"jelasnya (A-99/kur)

 

Jembatan Soekarno di Kebasen Banyumas Jateng Amblesjembatan soekarno

2 komentar:

  1. itu tempat desaku,,,,
    dari kecil sampai aku umur 23thun masih ada terus penambang pasir,bahkan untuk darah kecamatn rawalo kususnya.tanh dsebrang semkin melebar karena dibawah tebing x serayu sblh rawlo bnyak yg ambil pasir dibawahnya,akhrnya pun kec rwlo jg smkin smpit tnah kebonnya.x serayu skrg mkin lebar karena smkin bnyak tambang pasir yg berada di daerah cindaga,kec kebasen kusunya,tolong pemerintah mngkin bisa merealisasi para penambang pasir tsbt,agr tidak lgi mbwa bncana yg akan timbul lg nntinya,

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepertinya sudah ada aturannya untuk tidak menambang/mengambil pasir di radius sekian ratus meter dari jembatan, mungkin pada pelaksaannya memang butuh untuk diawasi bersama, tidak hanya mengandalkan pemerintah.

      Hapus